Buku Catatan yang Terlupa
Seira menghela napas panjang, natap tumpukan buku di mejanya. Matematika. Lagi-lagi matematika. Angka-angka itu nari-nari di hadapannya, ngebentuk pola yang nggak pernah dia pahami. Dia itu Seira, siswi kelas XI IPA yang biasa-biasa aja. Nilainya cukup, nggak menonjol, nggak juga terpuruk. Dia punya banyak temen, suka ngobrol, dan lebih milih ngabisin waktu di kantin daripada di perpus. Di sisi lain ruang kelas, duduk Hito. Kacamata nangkring rapi di hidungnya, rambut hitamnya selalu tersisir sempurna. Hito itu kebanggaan sekolah, juara olimpiade sains, dan selalu jadi yang teratas di setiap mata pelajaran. Dia pendiem, jarang keliatan bercanda, dan buku-buku tebel adalah temen setianya. Seira dan Hito, dua kutub yang beda banget, nyaris nggak pernah interaksi, kecuali saat mereka nggak sengaja papasan di koridor atau saat guru minta Hito bantu temen-temennya yang kesulitan. Suatu sore, setelah jam tambahan fisika, Seira buru-buru beresin tasnya. Dia ada janji sama temen-temennya buat ...